Pengumpulan Al Qur’an dan Penulisannya
Ucapan
“Pengumpulan Al Qur’an” terkadang dimaksudkan pada penghafalannya di dalam dada,
dan terkadang pula dimaksudkan dalam penulisannya pada segala sesuatu yang
memungkinkan untuk penulisan didalamnya.
Yang
mana pengumpulan Al qur’an dengan artian penghafalan dan pemeliharaannya di
dalam hati, maka itulah yang telah menjadi maksud paling utama atau mulia bagi
Rasulullah SAW dan sahabatnya. Dimana turunnya AlQur’an kepada Rasulullah SAW
secara berangsur-angsur atau terpisah-pisah sesuai pada kejadian-kejadian serta
musibah-musibah maka beliau menghadapinya dengan penuh kerinduan dan perhatian
yang kuat, untuk derajat beliau sebagai seorang Rasul terkadang beliau mencoba
mendahului Jibril dalam membacanya.
Rasulullah
SAW melakukan itu semua untuk dapat menghafalkan Al qur’an dan mengumpulakannya
di dalam hati beliau secara cepat, sebagai bentuk ketakutan beliau dari
melewati satu kata pun, atau melepas
darinya satu huruf pun. Dan diteruskan setelah itu terhadap Penciptanya yang
akan menenangkannya dengan sesungguhnya Ia akan mengumpulkan untuknya Al Qur’an
di dalam hatinya, dan melarangnya dari ketergesaan dalam membacanya sebelum
selesainya bacaan Jibril kepadanya, Allah berfirman :
“Jangan engkau (Muhammad)
gerakkan lidahmu (untuk membaca Al Qur’an) karena hendak cepat-cepat
(menguasai)nya {16} Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan
membacakannya {17} Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu {18}”
Penjelasannya : Janganlah
menggerakkan lidahmu wahai Rasul yang mulia dalam membaca Al Qur’an, sebelum
Jibril selesai membacakannya padamu, maka sesungguhnya dengan kemuliaan dan
kasih sayang kami, kami telah berjanji untuk mengumpulkan Al Qur’an di dalam hatimu,
dan dengan Jibril membacakan Al Qur’an kepadamu, maka jika Jibril
memebacakannya kepadamu ikutilah bacaannya, dan kewajiban kami untuk
menjelaskan kepadamu apa-apa yang belum jelas dari Al Quran. Dan sesuai dengan
ayat-ayat firmanNya :
“Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan
jaganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al Qur’an sebelum selesai
diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.”
(2) Sedangkan para sahabat Rasulullah SAW hal
untuk menghafalkan Al Qur’an telah menjadi tempat perhatian yang pertama, yang
mana anak maupun harta tidak menjadi hal yang lebih menyibukkan mereka dari
menghafalkan Al Qur’an, tetapi mereka justru berlomba-lomba untuk
menghafalkannya di dalam hati dan juga untuk pembelajaran serta pemahamannya,
dan juga mereka saling memuliakan satu sama lain antara mereka sesuai atas apa
yang telah mereka hafal darinya, di sisi lain Rasulullah SAW menyemangati
mereka untuk itu dengan suatu penyemangatan yang lebih. Dari itu Rasulullah SAW
bersabda :
“Sebaik-baik kalian ialah siapa yang
belajar Al Qur’a dan mengajarkannya”
Serta Ubadah bin Shamit RA berkata :
“Jika sesorang laki-laki berhijrah
maka Rasulullah SAW akan melindunginya sampai seseorang dari para sahabat
mengajarkannya Al Qur’an. Sampai-sampai jika terdengar dari masjid Rasulullah
SAW suara tialawatul qur’an beliau menyuruh mereka untuk menurunkan suara
mereka agar tidak tercampur.”
Dan
telah terjaga atau tertata rasa cinta yang sangat untuk menghafalkan Al Qur’an,
sesungguhnya telah banyak jumlah para hafidz pada masa Nabi.
Dari
para hafidz Al Qur’an diantaranya ialah : Para Khulafaul Rasyidin dan selain
mereka seperti Thalhah binUbaidillah, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdullah bin Umar,
Abdullah bin ‘amru bin Ash, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Radliyallahu
‘anhum.
Ringkasan
: Sesungguhnya sebagian besar para sahabat ketika masa hidupnya Rasulullah SAW
telah menghafal Al Qur’an walaupun sebagian dari mereka hanya sedikit hafalnya,
yang mana setiap dari mereka menghafalkan sesuai dengan kemampuan dan
kesanggupannya, namun secara keseluruhan mereka sama-sama berkecimpung dalam
kecintaan mereka terhadap Al qur’an serta dalam kesemangatan mereka dalam
menghafal mendengarkannya.
(3) Pengumpulan Al Qur’an dengan makna :
menghafalkannya di dalam dada, tidak menghalangi mereka para sahabat untuk
penulisannya sesuai dengan alat-alat dan perlengkapan-perlengkapan penulisan
yang tersedia pada masanya. Telah lengkap penulisan Al Qur’an dalam tiga
periode atau masa :
Masa yang pertama : Pada masa
hidupnya Rasulullah SAW beliau telah menetapkan para penulis dari para sahabat
yang terbaik untuk penulisan ayat Al Qur’an yang turun, mereka yakni : para
Khulafaur Rasyidin, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Ubban bin Sa’id, dan lain
sebagainya.
Dari Ibnu Abbas RA belaiau berkata :
Rasulullah SAW jika turun suatu surat, ayat atau pun beberapa ayat maka belaiau
akan memanggil sebagian sahabat penulis dan berkata :
“Taruhlah (tulislah) surat, ayat, atau beberapa ayat ini pada sesuatu (yang
memungkinkan untuk penulisannya) yang dibetkan seperti ini dan seperti ini”
Dari
para sahabat yang menulis apa yang didengarkannya dari Rasulullah SAW baik
berupa bacaan Al Qur’an maupun hadits Nabi yang mulia seperti Abdullah bin
‘Amru bin Ash RA dan juga dari para sahbat yang telah cukup hafalannya di
dadanya, karena beliau buta huruf tidak
tahu atau dapat membaca dan menulis, dan para sahabat dari perkumpulan mereka
sebagai para penulis juga buta huruf tidak tahu atau dapat membaca maupun
menulis, namun sesungguhnya mereka menghafalkan apa-apa yang dihafalkan baik
itu dari keturunan-keturunan, sejarah, dan sya’ir-sya’ir mereka dengan cara
kesadaran untuk cinta kepada Allah lah yang mengingatkan mereka.
Ringkasnya : Sesungguhnya Al
Quranul Karim pada masa Nabi, sebagian sahabat menghafalnya di dalam hati, dan
menyandarkan sebagian mereka disamping penghafalan di dalam dada juga penulisan
dalam sebuah tulisan agar saling cocok antara hafalan dan tulisan.
4. tidak lama setelah nabi wafat dan
bergantilah pemegang kekuasaan setelahnya yaitu abu bakar ash-shidiq dan
terjadi banyak kejadian seperti perang
antara orang-orang muslim dan antara orang –orang yang keluar dari agama islam.
Perang
ini beruntun dan menyebabkan banyak yang mati syahid terutama dari penghafal
qur’an seperti yang terjadi pada perang yamamah yang bertepatan pada tahun 12
setelah hijriyah atau kira-kira dua tahun setelah meninggalnya rasulullah SAW.
Disini
umar bin khattab menghadap abu bakar ash-shidiq seraya berkata :” sesungguhnya
telah banyak orang-orang yang terbunuh terutama para penghafal al-Qur’an, dan
saya ingin memberi saran kepada kamu untuk menulis al-Qur’an untuk menjaganya
dari kepunahan setelah melihat banyak yag terbunuh dari kalangan qira. Dalam
masa peperangan dalam menghadapi musailamah alkadzab pada awalnya abu bakar
ragu-ragu untuk melaksanakan itu, kecuali karena umar bin khattab terus menerus
meminta atau mendesak abu bakar untuk menerima saran atau idenya yaitu ide atau
saran tentang penulisan alQur’an.
Dan
setelah abu bakar ash-shidiq menerima saran atau ide itu ia mengajak atau
memenggil zaid bin tsabit yang karenanya memiliki keahlian atau kemampuan untuk
menulis dan menghafal al-Qur’an dan abu bakar menugaskan menulis untuk menulis
al-Qur’an di atas kertas dan lembaran sesuai dengan yang sudah ada pada
zamannya. Sebagian sahabat banyak yang membantu zaid dalam pekerjaan yang mulia
ini.
Setelah
zaid bin tsabit menyempurnakan penulisan al-Qur’an ia menyerahkan tulisannya
kepada abu bakar ash-shidiq, lalu abu bakr menjaga lembaran-lembaran kertas itu
yang maa di dalamnya ada tulisan al-Quran. Sampai abu bakar wafat lalu
diserahkanlah tulisan-tulisan itu kepada khalifah kedua yaitu umar bin khattab
yang mana ia wafat ditangan abu lu’lu al majusi. Lalu pemeliharaan atau
penjagaan lembaran-lembaran itu diserahkan kepada anak-anaknya ummu mu’mini
yaitu hafshah ra.
5. dan setelah diangkatnya Utsman bin Affan RA menjadi khalifah
setelah kekhalifahan Umar bin Khattab RA , kemudian memperluas wilayah
kekuasaan islam di belahan timur dan barat dunia, dan menyebarkan para sahabat
ke kota-kota dan daerah . dan penduduk seluruh provinsi dari provinsi-provinsi
islam, mengambil bacaan yang masyhur dari para sahabat.
Disini, ada perbedaan dialek
dari beberapa orang yang disebabkan oleh perbedaan bahasa dan dialek
pada setiap daerah. Kemudian sebagian para penghafal mulai menyalahkan satu
sama lain, dan hampir menyebabkan fitnah antar umat islam. Kemudian datang
seorang sahabat kepada Utsman bin Affan RA, lalu ia berkata: “saya mendapatkan
umat islam bahwa mereka berselisih dalam bacaan al-Qur’an dan telah mengundang
terjadinya konflik antar mereka.
Tidak ada lain dari Utsman RA: kecuali mengumpulkan sahabat senior
dan memusyawarahkan dengan mereka tentang hal ini. Dan mereka sepakat untuk menulis al-Qur’an dengan
bahasa arab quraisy, kemudian diangkat orang-orang untuk melakukan tugas
penting ini: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash, Abdul Rohman
bin Harits bin Hisyam, dan selain dari mereka yang terpercaya hafalannya, dan
sahabat-sahabat senior. Kemudian Utsman RA menghadirkan mushaf yang telah
ditulis pada masa khalifah abu bakar, yang diserahkan kepada Umar bin Khattab
selama kehkolifahannya dan kemudian diamanatkan kepada anak perempuannya yaitu
Hafshah. Utsman menyerahkan mushaf tersebut kepada Zaid bin Tsabit serta rekan-rekannya
dalam penulisan mushaf. Setelah Zaid bin Tsabit serta rekannya selesai dalam
penulisan mushaf imam seakurat-akuratnya, kemudian Utsman memerintahkan mereka untuk menulis beberapa salinan
al-Qur’an. Setelah dikerjakan dengan sempurna, mushaf dikirim ke Mesir, lainnya
ke Irak dan ketiga ke Syam. Kemudian Utsman memerintah agar al-Qur’an dibaca
dan dihafal oleh manusia sesuai dengan bacaan yang ditulis dalam mushaf imam.
Pekerjaan agung ini yang dilakukan oleh Utsman RA merupakan dampak
terbesar dari penghimpunan al-Qur’an, menghafal dan menulisnya dengan jalan
mengambilnya para sahabat dari Rasul SAW, tanpa menambahnya satu huruf, atau
menguranginya satu huruf.
Dengan demikian Allah SWT menetapkan al-Qur’an hingga hari kiamat
dengan penjagaan, penyimpanan dan perawatan. Maha benar dan maha suci Allah
SWT.
Allah berfirman:
“sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya
kami pula yang akan menjaganya.
Komentar
Posting Komentar