Nama: Rena
Husna Kodariyah
NIM:
1111011000088
Kelas: PAI 4C
EKSISKAN SISWA LEWAT “INTELIGENSI”
Siapakah siswa itu? Siswa adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pendidikan yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Apakah inteligensi itu? “Inteligensi adalah
kecerdasan seseorang untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman, kemampuan
untuk mempertahankan pengetahuan dan kemampuan mental. (Adi W. Gunawan, Genius
Learning Strategy, 2006, hal. 216).
Perkembangan multiple inteligensi pada peserta
didik, “gardner menjelaskan bahwa inteligensi bukan merupakan suatu konstruk
unit tunggal namun merupakan konstruk sejumlah kemampuan yang masing-masing
dapat berdiri sendiri. Ia beranggapan bahwa sekurang-kurangnya, ada 7 bentuk
inteligensi:
Inteligensi linguistik, inteligensi logika-matematika,
inteligensi musik, inteligensi kinestetik, inteligensi interpersonal,
inteligensi intrapersonal, dan inteligensi visual spasial.” (monthy P.
Satiadarma dan fedelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, 2003, hal. 5)
Inteligensi linguistik adalah kecerdasan
bahasa, kecerdasan seseorang dalam mengolah bahasanya dan memiliki
perbendaharaan kata yang luas serta mampu berbicara dengan bahasa yang efektif.
Sebaiknya di sekolah disediakan ekstrakurikuler sastra, sehingga siswa bebas
mengeksplor minat dan bakat mereka untuk menulis artikel, cerpen, membuat
puisi, pantun, dsb.
Inteligensi logika matematika adalah kecerdasan
seseorang dalam menganalisis, mampu menyelesaikan masalah dengan berpikir logis
dan sistematis. Orang yang mempunyai Kecerdasan ini akan lebih pandai dalam
menyelesaikan soal hitung-hitungan, seperti matematika dan fisika.
Inteligensi musik adalah seseorang cenderung
mudah dalam bermain alat musik, mengenal nada dan irama lagu serta dapat
bernyanyi dengan baik. Kecerdasan musik bisa diasah dengan cara mengajarkan
siswa bermain alat musik, seperti gitar, keyboard, biola,dll. Atau siswa bisa
dilatih bermain marawis, membentuk grup nasyid, dsb.
Inteligensi kinestetik adalah kecerdasan gerak,
kecerdasan ini cenderung banyak dimiliki oleh para atlet ataupun penari.
Kecerdasan kinestetik pada anak bisa dikembangkan dengan membiasakan siswa
untuk berolahraga, seperti basket, badminton, volly, atau mengikut sertakan
siswa dalam sanggar tari.
Inteligensi interpersonal adalah kecerdasan
dalam bersosialisasi, mampu menjadi komunikator yang baik. Inteligensi
interpersonal akan berkembang dengan baik jika anak senang berinteraksi dengan
teman, guru, orang tua, dan yang lainnya. Sehinga ia bisa lebih memahami lawan
bicara atau orang-orang yang ada di sekitarnya.
Inteligensi intrapersonal adalah kecerdasan
dalam memahami diri sendiri, mampu mengontrol emosi serta dapat menjadi
motivator untuk dirinya. Inteligensi intrapersonal akan lebih baik jika kita
sering introspeksi diri, karena dengan cara seperti itu kita bisa lebih
memahami kelebihan dan kekurangan kita.
Inteligensi visual spasial adalah kecerdasan
dalam melihat ruang, garis, warna, dsb. Kecerdasan ini cenderung dimiliki oleh pelukis,
disainer dan arsitek.
Hasil penelitian oleh para pakar accelerated
learning dan metode pembelajaran modern menunjukkan bila semua kecerdasan
ini ditumbuhkan, dikembangkan dan dilibatkan dalam proses pembelajaran, maka
akan sangat meningkatkan efektivitas dan hasil pembelajaran. (Adi W. Gunawan, 2006:
231).
Anak didik dan permasalahannya
“Memahami permasalahan anak didik hendaknya ditinjau dari segi anak
itu sendiri, dapat dilihat dari konteks, Sifat kepribadian dan kemampuan anak didik,
Bentuk kegiatan, Situasi lingkungan, dan Pengalaman anak didik.” ( M. Jumali, Surtikanti, SA Taurat Aly, Sundari,
Landasan Pendidikan. 2008, hal 39).
a.
Sifat Kepribadian dan Kemampuan Anak Didik Bisa Dipengaruhi Oleh Faktor-Faktor
Berikut:
1.
Faktor genetik
“Faktor genetik atau hereditas mempengaruhi
perkembangan anak, karena 46 kromosom yang terdiri dari 23 kromosom ibu dan 23
kromosom ayah terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan
psikis individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal
ini tidak ada satu orang pun yang mampu
menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut.” (Syamsu Yusuf dan Nani M.
Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, 2011. hal. 21)
2.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terbagi menjadi tiga:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan teman sebaya.
Ø Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga tentu sangat mempengaruhi
perkembangan anak, karena pendidikan pertama yang didapatkan oleh seorang anak
adalah pendidikan dalam keluarganya. Keluarga mempunyai peranan sangat penting
bagi tumbuh kembangnya seorang anak sehingga menjadi pribadi yang sehat,
cerdas, terampil, mandiri dan berakhlak mulia.
“Keluarga yang fungsional atau yang ideal
menurut Alexander A. Schneiders memiliki karakteristik sebagai berikut:
·
Minimnya perselisihan antar orang tua atau antar orang tua-anak.
·
Menerapkan disiplin yang tidak keras.
·
Penuh kasih sayang.
·
Memberikan peluang untuk bersikap mandiri dalam berpikir, merasa,
dan berperilaku.
·
Mengamalkan nilai-nilai moral agama.
Sementara keluarga yang disfungsional, menurut
Dadang Hawari ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
·
Kematian salah satu atau kedua orang tuanya.
·
Kedua orang tua bercerai.
·
Hubungan orang tua dengan anak kurang baik.
·
Orang tua sibuk dan jarang berada dirumah.” (Syamsu Yusuf dan Nani M. Sugandhi, 2011: 27-28).
Ø Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah akan mempengaruhi sifat dan
kepribadian peserta didik, peran guru yang otoriter dan tidak memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpendapat akan menjadikan siswa pasif dalam
belajar dan hanya menunggu perintah saja dari gurunya. Berbeda dengan guru yang
demokratis dan terbuka atau sering memberi kesempatan kepada siswa untuk
berpendapat, karena akan menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar dan bebas
dalam mengembangkan potensinya.
Ø Lingkungan teman sebaya
Lingkungan teman sebaya sedikit banyaknya akan
mempengaruhi sifat dan kepribadian peserta didik, karena terkadang seorang anak
akan lebih terbuka dengan teman-temannya, dan juga mereka cukup lama bersama
dalam setiap harinya, sehingga sifat-sifat asli seorang anak akan lebih
terlihat ketika mereka sedang berkumpul dan besar kemungkinan akan mempengaruhi
kepribadian satu sama lain, oleh karena itu, orang tua sebaiknya mengontrol
dengan siapa anaknya bergaul agar sifat dan karakter anak tetap pada jalan yang
positif.
b.
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan yang dilakukan pada prinsipnya
akan memetakan taraf kesukaran dan tingkat partisipasi yang diharapkan. Banyak
kegiatan yang disediakan oleh sekolah untuk meningkatkan kemampuannya, seperti
kegiatan ekstrakurikuler.
c.
Pengalaman anak didik
Pengalaman anak didik adalah salah satu hal
yang sangat menentukan partisipasinya. Anak didik yang sudah berpengalaman akan
lebih mudah memecahkan suatu masalah jika dibanding dengan anak lain yang belum
berpengalaman. Pengalaman yang dimiliki oleh seorang anak akan membuat yang
bersangkutan berpikir lebih kritis dibandingkan dengan anak lain. Pengalaman
tersebut merupakan modal yang paling baik bagi anak didik untuk kegiatan berikutnya.
Kegiatan Siswa
Salah satu organisasi siswa di sekolah adalah
OSIS, OSIS adalah organisasi resmi yang diakui oleh sekolah, organisasi
tersebut bertujuan untuk melatih tanggung jawab dan kepemimpinan siswa dalam
berorganisasi, Contoh kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan disekolah melalui
OSIS diantaranya adalah diskusi ilmiah, meningkatkan kreatifitas melalui mading
sekolah, publikasi karya tulis ke media massa, peringatan hari besar nasional
atau agama, bakti sosial ke masjid-masjid sekitar sekolah, pengumpulan dana
untuk disalurkan ke panti asuhan, dan lain sebagainya.
Administrasi Siswa
“Pengelolaan data kesiswaan merupakan salah
satu garapan administrasi siswa yang tidak dapat ditinggalkan. Pada intinya ada
tiga macam data yang harus dikelola, yaitu: data tentang identitas siswa,
tentang hasil belajar dan tentang kehadiran siswa.
Data ini tidak hanya berguna sewaktu siswa
tersebut masih sekolah, tetapi juga bermanfaat kelak setelah siswa sudah lulus
dan meninggalkan sekolah tersebut.” ( H. M. Daryanto, Administrasi
Pendidikan, hal 62-68).
Sumber Referensi:
Daryanto, H. M. 2011. Administrasi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Komentar
Posting Komentar